Rest in Peace, Bang Badil, one of the coolest legend i've known

13 Juli 2019

Sore itu di tahun 2017 sekitar bulan Maret, saya bergegas menuju Sekretariat Mapala UI setelah jam kerja berakhir untuk nonton bersama film komedi tahun 90an dari grup lawak terkemuka, Warkop DKI. Tertulis di undangan Reboan (acara santai yang diselenggarakan anggota Mapala UI) bahwa sang pendiri grup lawak Warkop Prambors (sebelum menjadi Warkop DKI) sekaligus senior kami akan hadir. Saya tahu, yang dimaksud adalah Bang Badil (Rudy Badil), yang lebih dikenal sebagai salah satu saksi hidup aktivis tahun 1968 bernama Soe Hok Gie yang meninggal di Gunung Semeru, serta dikenal sebagai wartawan senior Kompas. Sebagian dari kami mengenalnya sebagai mentor jurnalistik sekaligus pemilik camping ground Taman Safari sebagai lokasi kami menyusun majalah Jejak.

Sebuah mobil baru saja terparkir di pinggir jalan depan Sekretariat Mapala UI. Saya dan beberapa kawan langsung menyambut sosok yang ada di dalamnya. Bang Badil, sosok yang menjadi bintang utama di acara Reboan kali ini. Dengan sigap saya dan beberapa orang menyambut dan menuntun Bang Badil yang sudah renta dari lokasi terparkirnya mobil hingga ia duduk di dalam Sekretariat Mapala UI. Tak lupa cipika-cipiki (cium pipi kiri, cium pipi kanan) saat bertemu kami. "Ciri khas anak dansa" katanya. Hal ini dilakukannya sejak ia belajar dansa selama kuliah .

Saya duduk di samping Bang Badil saat film komedi Warkop DKI diputar. Tiba-tiba Bang Badil berucap pada saya "duh gue sedih tiap nonton film Warkop. Gue kangen temen-temen gue. Gue bisa sampe nangis kalo nonton film Warkop". Saya pun  kaget "Bang Badil bisa nangis?". Senior kami yang satu ini dikenal multi talenta, galak dan suka marah-marah. Tapi di balik kegalakannya, kami sadar ada hal baik yang berguna buat kami.

Kalau afterlife beneran ada, semoga sekarang Bang Badil udah happy bisa reuni bareng sobat-sobat lawak sejak masa muda (Dono, Kasino, dan Nanu). Kita bakal kangen denger cerita-cerita dari Bang Badil tentang masa-masa kejayaannya: keliling dunia dan pelosok untuk nulis, belajar masak, dansa, bikin film, tragedi ekspedisi Gunung Semeru bareng Soe Hok Gie, beragam cerita di Mapala UI, menang lomba nulis, menang lomba fotografi, kegiatan ngelawak bareng Warkop Prambors, tentang kisah asmaranya, dan hal-hal keren lainnya. 

Rest in peaceful sleep, Bang Badil, idola mahasiswi-mahasiswi UI tahun 60an. Terima kasih atas ilmu, kisah-kisah inspiratif, dan juga privilege selama kita camping di Taman Safari untuk masuk ke kandang harimau dan kandang panda yang saat itu belum dibuka untuk umum, dan kasih izin kita untuk main seluncuran air bah sepuasnya. Oiya "jangan marah-marah lagi bang di sana", "malaikat jangan dimarahin, bang".

Salam, 
salah satu anggota Badil fans club.  



Foto bersama Bang Badil dan senior-senior Mapala UI saat menyusun majalah Jejak 2017.

1 comment:

Samuel Yudhistira said...

wah lo semmpet ketemu beliau yah...
orang hebat beliau ini.
asli.