Empat Jam Menyaksikan Pertunjukan Mistis, Calonarang

14-15 Juli 2018
Saya mengenakan pakaian adat Bali sebelum mengikuti upacara dan pementasan Calonarang.

Untuk pertama kalinya saya menyaksikan orang kerasukan masal di sekitar saya. Dari penari-penari pertunjukan Calonarang, bahkan penonton yang sedang berada di kanan, kiri, depan, dan belakang saya, kemanapun saya berpindah lokasi berdiri.



Suasana mistis mulai terasa sekitar pukul 12 malam. Lampu arena pertunjukkan semakin redup dan semakin banyak penari yang kerasukan. Semenit belum berlalu, setelah saya ngobrol bersama pria yang duduk di samping kanan saya (nama disamarkan) dan 2 orang di belakang saya. Tiba-tiba ia berteriak-teriak sambil berlari ke arena pertunjukkan lalu menari-nari. 5 menit kemudian, pria yang juga baru saja ngobrol dengan saya juga turut kerasukan.







Dari berbagai arah dan sudut, tua dan muda, laki-laki dan perempuan, penonton dan penari kerasukan mengikuti alur cerita pertunjukan yang berlangsung sekitar 4 jam (dari jam 11 malam hingga 3 pagi). Penonton dilarang pulang sebelum pertunjukan usai karena dipercaya oleh warga lokal dan berdasarkan pengalaman mereka, banyak kejadian mistis yang terjadi di jalan jika ada penonton yang pulang sebelum pertunjukkan usai (ini berkaitan dengan leak).

Pertunjukan yang diselenggarakan di dekat area kuburan ini bernama Calonarang. Mengisahkan seorang janda tua yang hidup pada masa Kerajaan Airlangga dan dituduh mengajarkan ilmu hitam oleh warga desa. Kutukan Calonarang manjur, warga desa terkena musibah.

Suasana makin mistis saat sesajen berupa seekor anak babi digorok di tengah area pertunjukkan. Diiringi penari Calonarang (dalam wujud cukup menakutkan) masuk arena pertunjukkan.

orang-orang yang kerasukan semakin berteriak histeris dan jumlah yang kerasukan semakin banyak, serta bervariasi. Sebagian mengambil keris untuk ditusuk-tusukan ke diri mereka dan ke penari Calonarang hingga keris-keris tersebut bengkok dan patah.

Jam menuju pukul 3 pagi. Adegan barong melawan Calonarang diiringi orang-orang yang kerasukan yang terus menusuk-nusukan diri mereka dan sebagian menari. Tumbangnya Calonarang dan pemain Calonarang menjadi akhir dari pertunjukan.



Jika saya ditanya bagaimana rasanya menyaksikan tarian sakral ini? lemas disertai panik, dan bingung mau lari kemana, sedangkan ada larangan pulang sebelum pertunjukan benar-benar usai. Larangan ini berkaitan dengan mitos leak. Setiap saya berdiri di suatu spot, selalu ada yang kerasukan di kiri, kanan, depan, maupun belakang saya. Suatu ketika, saya mengambil posisi dekat arena. Sebelah kiri saya tembok pura, kanan saya seorang perempuan, di depan saya ada orang-orang yang kerasukan sambil menusuk-nusuk diri mereka dengan keris, sedangkan di belakang saya ada pagar pura. Tiba-tiba saja, perempuan yang berdiri di sebelah kanan saya yang baru saja bercengkrama dengan kawan-kawannya, kerasukan. Saya stuck di spot itu dan hanya bisa menangkis gerakan-gerakan perempuan yang kerasukan itu.







No comments: