Dengan mengenakan perlengkapan caver, kami memasuki gua melalui salah
satu pintu gua horizontal, menelusuri gelapnya gua dengan sinar headlamp, merasakan dinginnya hawa di
dalam gua, menjejaki lumpur serta
kubangan-kubangan air, dan bertemu binatang-bintang mungil bertubuh transparan,
diantaranya jangkring-jangkrik, cacing-cacing, dan dua ikan sejenis lele yang
disebut ikan Cikarae oleh warga sekitar. Ditemukannya ikan-ikan Cikarae dalam gua inilah yang
menjadi asal-usul nama Gua Cikarae, salah satu dari puluhan gua yang yang terletak di Desa
Leuwi Karet, Bogor, Jawa Barat.
Sekitar 4 jam saya dan teman-teman dari Mapala UI
melakukan penelusuran gua atau caving
di gua Cikarae. Penelusuran gua kali ini bertujuan untuk pelatihan fotografi di
dalam gua yangmana membutuhkan teknik fotografi tertentu dan kerjasama tim yang
baik untuk pencahayaan saat pengambilan foto. Selain itu, kondisi gua yang
berlumpur, berair, dan dinding yang keras menyebabkan peralatan fotografi harus
dimasukkan dalam kotak-kotak anti air dan anti benturan. Tingkat kesabaran dan
kehati-hatian lebih juga diperlukan dalam melakukan fotografi dalam gua karena
pengeluaran peralatan fotografi dari kotak-kotak anti benturan dan anti air serta
dari dry bag.
Penelusuran membawa kami menuju chamber pertama. Chamber adalah aula gua atau lorong gua yang luas. Keindahan dinding gua sudah
terusak dengan adanya beberapa coretan tangan jahil. Beberapa jangkrik berukuran besar mudah kami
temui. Namun hati-hati, banyak cacing
yang menempel pada skalakmit.
|
Jangkrik yang kami temui di dalam gua. |
|
Kepitting albino di dalam gua. |
|
Laba-lama besar dalam gua. |
Kami terus berusaha menulusuri gua hingga ujung, hingga memasuki
sebuah chambre yang berukuran lebih kecil dari chamber pertama. Chambre
tersebut kami yakini sebagai bagian ujung Gua Cikarae. Chamber yang memperlihatkan
banyak stalakmit dan stalaktit ini terpilih menjadi salah satu lokasi kami berlatih
fotografi gua. Usai berlatih fotografi di lokasi yang kami anggap nyaman ini,
kami merenung dalam kegelapan. Selama 20 menit kami duduk dengan posisi santai,
semua lampu headlamp kami matikan. Suara-suara
penghuni gua mulai terdengar lebih jelas, suara jangkrik-jangkrik, dan kelelawar
yang beterbangan. Hawa dinginnya gua juga makin bisa kami rasakan.
|
Chamber yang kami yakini bagian ujung Gua Cikarae, lokasi kami merenung selaa 20 menit dalam kegelapan. |
|
Pengeluaran peralatan fotografi yang membutuhkan kehati-hatian lebih, mengingat kondisi gua yang berlumpur dan banyak genangan air.
|
|
Chamber terbesar gua Cikarae yang memperlihatkan banyak stalakmit dan stalaktit ini terpilih menjadi salah satu lokasi kami berlatih fotografi gua.menjadi lokasi kami berlatih fotografi gua dan lokasi kami merenung dalam gelapnya gua. |
Bagi caver pemula, pelatihan fotografi, dan orang awam yang ingin merasakan
kegiatan luar ruangan berupa penulusuran gua, ada baiknya mencoba menelusuri
gua ini terlebih dahulu. Namun jangan lupa untuk meminta panduan dari orang-orang
yang sudah berpengalaman banyak, contohnya anggota caving himpunan Mahasiswa Pencinta Alam Linggih Alam. Mereka
adalah para pemuda Desa Leuwi yang sudah dilatih menjadi pemandu bagi
caver yang ingin menelusuri gua-gua dalam Kawasan Leuwi, kawasan di daerah Bogor yang
memiliki puluhan gua.
|
Tim memasang flysheet untuk camping. |
|
Menaiki angkot sewaan dari Desa Leuwi menuju stasiun terdekat. |
No comments:
Post a Comment